| Lampung |
|---|
| — Provinsi — |
|
|
Slogan: "Sang Bumi Ruwa Jurai" (Bahasa Lampung: Satu tempat dua penduduk) |
| Peta lokasi Lampung |
| Negara | Indonesia |
|---|
| Hari jadi | 18 Maret 1964 (hari jadi) |
|---|
| Ibu kota | Bandar Lampung |
|---|
| Koordinat | 6º 45' - 3º 45' LS 103º 48' - 105º 45' BT |
|---|
| Pemerintahan |
| • Gubernur | Sjachroedin ZP |
|---|
| Lebar |
| • Total | 35.376 km2 (13,659 mil²) |
|---|
| Populasi (2010)[1] |
| • Total | 7.691.007 |
|---|
| • Kepadatan | Bad rounding here220/km2 (Bad rounding here560/sq mi) |
| Demografi |
| • Suku bangsa | Jawa (62%), Lampung (25%), Sunda (9%), Minangkabau (0.92%), Lain-lain (3,08%) |
|---|
| • Agama | Islam (96%), Protestan (1,8%), Katolik (0.9), Hindu (1,7%), Buddha (0.3%) |
|---|
| • Bahasa | Bahasa Lampung, Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Bali |
|---|
| Zona waktu | WIB |
|---|
| Kabupaten | 12 |
|---|
| Kota | 2 |
|---|
| Disktrik | 225 |
|---|
| Kampong/kelurahan | 2.072 |
|---|
| Lagu kawasan | Sang Bumi Ruwa Jurai dan Pang Li Pandang |
|---|
| Situs web | www.lampungprov.go.id |
|---|
Lampung yaitu sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang yaitu gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif lebar, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Market Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.
Sedangkan di Teluk Semangka yaitu Kota Agung (Kabupaten Tanggamus), dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dihadiri kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui.
Lapangan terbang utamanya yaitu "Radin Inten II", yaitu nama baru dari "Branti", 28 Kilometer dari Ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi, dan Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang bernama Astra Ksetra. Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan : Timur - Barat benar antara : 103o 40' - 105o 50' Bujur Timur Utara - Selatan benar antara : 6o 45' - 3o 45' Lintang Selatan
Sejarah
Provinsi Lampung perihal muncul di dunia pada tanggal 18 Maret 1964 dengan dikuatkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung yaitu Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964 tersebut secara administratif sedang yaitu babak dari Provinsi Sumatera Selatan, namun kawasan ini jauh sebelum Indonesia berdiri sendiri memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khasanah norma budaya adat istiadat di Nusantara yang tercinta ini. Oleh karenanya pada zaman VOC kawasan Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda sampai ratus tahun ke-16. Waktu Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan Banten yang pertama, mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halamaan 19 sebagai berikut: From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region.[2]
Tatkala Banten dibawah pimpinan Sultan Agung Tirtayasa (1651-1683) Banten sukses menjadi pusat perdagangan yang dapat menyamai VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Agung ini dalam upaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena dihalang-halangi VOC yang bercokol di Batavia. Putra Sultan Agung Tirtayasa yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk mengalihkan posisi mahkota kesultanan Banten.
Dengan kejayaan Sultan Banten pada kala itu tentu saja tidak menyenangkan VOC, oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai kesultanan Banten. Usaha VOC ini sukses dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga berselisih faham dengan ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya Sultan Haji hendak menyerahkan penguasaan atas kawasan Lampung untuk VOC. Kemudiannya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Agung Tirtayasa dijauhkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.
Dari perundingan-perundingan selang VOC dengan Sultan Haji berproduksi sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang kontennya diantaranya menyebutkan bahwa sejak kala itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas kawasan Lampung diserahkan oleh Sultan Banten untuk VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di kawasan Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak sukses dan ia tidak mendapatkan lada yag dicari-carinya. Perkiraannya perdagangan terus selang VOC dengan Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak semua penguasa di Lampung terus tunduk begitu saja untuk kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang sedang mengakui Sultan Agung Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.
Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC apakah benar Lampung benar dibawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru dikenal bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang dikata "Jenang" atau kadangkadang dikata Gubernur hanyalah dalam mengurus kebutuhan perdagangan hasil bumi (lada).
Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar-pencar pada tiap-tiap kampong atau kota yang dikata "Adipati" secara hirarkis tidak benar dibawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur. Jadi penguasaan Sultan Banten atas Lampung yaitu dalam hal garis pantai saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada, dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung yaitu dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.
Kemudian pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia menguasai kawasan Semangka dan tidak bersedia membebaskan kawasan Lampung untuk Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung.
Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin kuat, dan oleh karenanya Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil di pimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang berproduksi persetujuan bahwa :
- Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun.
- Kedua saudara Radin Inten masing-masing hendak memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun.
- Radin Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang sampai kala itu benar dibawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap melangsungkan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda.
Oleh karenanya pada tahun 1825 Belanda menyuruh mengerjakan Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak buahnya. Hendak tetapi karena pada kala itu Belanda sedang menghadapi perang Diponegoro (1825 - 1830), maka Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu. Tahun 1825 Radin Inten berpulang alam dan diubahkan oleh Putranya Radin Imba Kusuma.
Setelah Perang Diponegoro habis pada tahun 1830 Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di kawasan Semangka, kemudian pada tahun 1833 Belanda menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak sukses menguasainya. Baru pada tahun 1834 setelah Asisten Residen ditukar oleh perwira militer Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin Imba Kusuma sukses direbut.
Radin Imba Kusuma menyingkir ke kawasan Lingga, namun warga kawasan Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan untuk Belanda. Radin Imba Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor.
Dalam pada itu rakyat dipedalaman tetap melangsungkan perlawanan, "Jalan Halus" dari Belanda dengan memberikan hadiah-hadiah untuk pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung ternyata tidak membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak berdiri sendiri dari bahaya, sehingga Belanda membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di kawasan Telukbetung dan sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai kemudiannya Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan dari Batavia.
Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di kawasan Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk kepentingan-kepentingan pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913 didirikan jalan kereta api dari Telukbetung menuju Palembang.
Sampai menjelang Indonesia berdiri sendiri tanggal 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah yang silih berproses dan berganti. Sehingga pada kemudiannya sebagai mana dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Kawasan Tingkat I Provinsi Lampung.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung ditetapkan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu babak simbol kawasan itu. Namun, sayang kala ini kejayaan tersebut telah pudar.
Iklim
Geografi
Provinsi Lampung memiliki lebar 35.376,50 km² dan terletak di selang 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Kawasan ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang beberapa besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Benar juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Kondisi alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai yaitu kawasan yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah yaitu dataran rendah. Sedangkan ke tidak jauh pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, yaitu perairan yang lebar.
Gunung
Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, selang lain:
- Gunung Pesagi (2262 m) di Liwa, Lampung Barat
- Gunung Seminung (1.881 m) di Sukau, Lampung Barat
- Gunung Tebak (2.115 m) di Sumberjaya, Lampung Barat
- Gunung Rindingan (1.506 m) di Pulau Panggung, Tanggamus
- Gunung Pesawaran (1.662 m) di Kedondong, Pesawaran
- Gunung Betung (1.240 m) di Teluk Betung, Bandar Lampung
- Gunung Rajabasa (1.261 m) di Kalianda, Lampung Selatan
- Gunung Tanggamus (2.156 m) di Kotaagung, Tanggamus
- Gunung Krakatau di Selat Sunda, Lampung Selatan
- Gunung Sekincau Liwa, Lampung barat
- Gunung Ratai di Padang Cermin, Pesawaran
Eksplorasi gunung
Gunung-gunung lampung memang tak setinggi gunung-gunung di pulau jawa, tetapi memili kesukaran yang cukup tinggi untuk mendakinya, karena memiliki tingkat kerapatan yang tinggi pula. Mahasiswa pecinta alam universitas lampung (MAPALA UNILA)adalah salah satu organisasi yang sering melangsungkan penelitian,pendataan dan eksplorasi gunung-gunung di lampung yang sedang perawan dan belum terjamah oleh tangan manusia. selain gunung, MAPALA UNILA juga telah banyak melangsungkan eksplorasi seperti goa didaerah lampung barat(krui), penyu, tebing, sungai, pantai, pulau-pulau disekitar lampung, daerah-daerah terpencil DLL yang benar didaerah lampung.
Sungai
Sungai-sungai yang mengalir di kawasan Lampung menurut panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah:
- Way Sekampung, panjang 265 km, c.a. 4.795,52 km2
- Way Semaka, panjang 90 km, c.a. 985 km2
- Way Seputih, panjang 190 km, c.a. 7.149,26 km2
- Way Jepara, panjang 50 km, c.a. 1.285 km2
- Way Tulangbawang, panjang 136 km, c.a. 1.285 km2
- Way Mesuji, panjang 220 km, c.a. 2.053 km2
Way Sekampung mengalir di kawasan kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak benar yang panjangnya sampai 100 km. Hanya benar satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda.
Way Seputih mengalir di kawasan kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya bertambah dari 50 km adalah:
- Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
- Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
- Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
- Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2
Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang bertambah dari 50 km panjangnya, di antaranya:
- Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
- Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
- Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
- Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
- Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
- Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2
Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatera Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2.
Hutan-hutan besar di dataran rendah dapat diberitahukan sudah habis dimanfaatkan untuk keepentingan pembangunan pertanian, untuk para transmigran yang bertali-tali memasuki kawasan ini. Kayu-kayu hasil hutan diekspor ke luar negeri. Hutan-hutan yang sedang benar, yang tanahnya dapat diberitahukan belum banyak dibentangkan beberapa besar terletak di sebelah barat, di kawasan Bukit Barisan Selatan.
Beberapa kota di kawasan provinsi Lampung yang tingginya 50 m bertambah dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negerisakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padangratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m) dan Kota Liwa (850 m).
Ekonomi
Warga pesisir lampung kebanyakan nelayan, dan bercocok tanam. sedangkan warga tengah kebanyakan berkebun lada, kopi, cengkeh, kayu manis dll.
Lampung tujuan pada pengembangan area untuk perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu dll. Dan di beberapa kawasan pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang bertambah menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain hasil bumi Lampung juga yaitu kota pelabuhan (liverpoolnya sumatra) karena lampung yaitu pintu gerbang untuk masuk ke pulau sumatra. dari hasil bumi yang melimpah tumbuhlah banyak industri-industri seperti di kawasan pesisir panjang, kawasan natar, tanjung bintang, bandar jaya dll
Pariwisata
Tahun 2009 Pemerintah Provinsi Lampung mencanangkan tahun lawatan wisata. Macam Wisata yang dapat dihadiri di Lampung yaitu Wisata Norma budaya istiadat dibeberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang disediakan dalam seminggu setelah Idul Fitri diLampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas diLampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur.
Transportasi
Untuk mengakses Provinsi Lampung, dari arah Aceh dapat menggunakan jalur darat melalui jalan lintas tengah Sumatera, Jalan Lintas Timur Sumatera, dan Jalan Lintas Barat Sumatera. Atau dapat menggunakan jalur udara, melalui Bandara Raden Inten II. Juga untuk jalur laut dapat menggunakan Pelabuhan Bakauheni. Kondisi seluruh jalan akses menuju Lampung dalam kondisi patut. Untuk jalan lintas Sumatera (status jalan nasional), seringkali mengalami kerusakan dampak beban jalan yang tinggi karena dilalui oleh kendaraan barang dari seluruh kawasan.
Industri
Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung sangat potensial mengembang beragam macam industri. Mulai dari industri kecil (kerajinan) sampai industri besar, terutama di babak agrobisnis.
Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di alam setelah benarnya penggabungan usaha selang Bratasena, Dipasena dan Wachyuni Mandira.
Terdapat juga pabrik gula dengan produksi per tahun mencapai 600.000 ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. pada tahun 2007 kembali ditetapkan pembangunan 1 pabrik gula lagi dibawah PT. Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) yang diproyeksikan hendak mulai produksi pada tahun 2008.
Industri agribisnis lainnya: ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan sebagainya.
Tapis Lampung
Kain Tapisa yaitu pakaian wanita suku Lampung yang berwujud kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung yaitu hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Macam tenun ini biasanya dipakai pada babak pinggang ke bawah berwujud sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang dipakai dalam membuat kain landasan dan motif-motif hiasnya sedang sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini diproduksi oleh wanita, patut ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk memberi konten waktu senggang dengan tujuan untuk memadai tuntutan norma budaya istiadat yang diasumsikan sakral. Kain Tapis kala ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang berbagai macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Demografi
Bahasa
Warga Lampung yang plural menggunakan beragam bahasa, selang lain: bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang dan bahasa setempat yang dikata bahasa Lampung.
Pendidikan
Perguruan Tinggi
Politik dan pemerintahan
Kabupaten dan Kota
Daftar gubernur
Seni dan norma budaya istiadat
Sastra
Lampung menjadi area yang subur untuk pertumbuhan sastra, patut sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat diberitahukan sangat ingar-bingar meskipun usia alam kesusastraan Lampung relatif sedang muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung setelah habis kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung sedang sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan beberapa nama lainnya.
Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo dan sebagainya. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Sekarang benar Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu benar cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ..
Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero negeri.
Teater
Perkembangan teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari hasrat para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam himpunan seni untuk mempelajari seni peran dan pertunjukkan. Beberapa himpunan teater kampus dan pelajar yang sedang tercatat giat sampai kala ini yaitu teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater (Umitra), Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman 41 (SMAN 1 Bandar Lampung), Teater Gemma (SMAN 2 Bandar Lampung), Teater Palapa (SMAN 3 Bandar Lampung), Teater Sanggar Madani(SMAN 5 Bandar Lampung), Teater Handayani (SMAN 7 Bandar Lampung), Kolastra (SMAN 9 Bandar Lampung), Teater Sebelas (SMAN 11 Bandar Lampung), Teater Pelopor (SMA Perintis 1 Bandar Lampung), Insyaallah Teater (SMU Perintis 2 Bandar Lampung), Teater Cupido (SMAN 1 Sumberjaya).
Sedangkan beberapa teater yang digerakkan seniman-seniman Lampung yaitu Teater Satu, Forum Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater di Lampung yang sedang eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui karya-karyanya diantaranya Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi Samudra Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan. Lampung tidak hanya dikenal banyak menimbulkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor potensial pun juga tidak sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang Yusliadi, Robi Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukan, lomba, workshop dan dialog acap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat yang sering dipakai yaitu Gedung Teater Tertutup Taman Norma budaya istiadat Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Market Seni Enggal.
Adapun even tahunan teater yang terbesar di Lampung yaitu Liga Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai area apresiasi para aktor Pelajar Lampung yang kualitasnya tidak kalah dengan pelajar di luar Lampung.
Musik
Sebagaimana sebuah kawasan, Lampung memiliki beraneka ragam macam musik, mulai dari macam tradisional sampai modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global). Adapun macam musik yang sedang bertahan sampai sekarang yaitu Klasik Lampung. Macam musik ini biasanya diturutkan oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin macam musik ini yaitu perpaduan norma budaya istiadat Islam dan norma budaya istiadat asli itu sendiri. Beberapa acara festival disediakan dengan tujuan untuk mengembangkan norma budaya istiadat musik tradisional tanpa harus khawatir hendak kehilangan jati diri. Festival Krakatau, contohnya yaitu sebuah Festival yang disediakan oleh Pemda Lampung yang mempunyai tujuan untuk mengenalkan Lampung untuk alam luar dan sekaligus menjadi area promosi pariwisata.
Tarian
Benar beragam macam tarian yang yaitu aset norma budaya istiadat Provinsi Lampung. Salah satu macam tarian yang terkenal yaitu Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Pengunten). Ritual tari sembah biasanya disediakan oleh warga lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan untuk para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah diberitahukan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun acap kali dimainkan dalam upacara norma budaya pernikahan masyarakan Lampung.
Busana Norma budaya
Kawasan Lampung dikenal sebagai penghasil kain tapis, kain tenun bersulam benang emas yang indah. Kain ini diproduksi oleh wanita. Pada penyelenggaraan upacara norma budaya, seperti perkawinan, tapis yang dijamin sulaman benang emas dengan motif yang indah yaitu kelengkapan busana norma budaya kawasan Lampung.
Dalam keseharian laki-laki Lampung mengikat kepalanya dengan kikat. Bahannya dari kain batik. Bila dipakai dalam kerapatan norma budaya dipadukan dengan baju teluk belanga dan kain. Lelaki muda Lampung bertambah menyukai memakai kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala berwujud bidang empat berwarna hitam terbuat dari kain tebal, lebih-lebih jikalau berhasrat berjumpa dengan gadis. Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu destar dengan babak tepi dihias bunga-bunga dari benang emas dan babak tengah berhiaskan siger, serta di salah satu sudutnya terdapat sulaman benang emas berupa bunga tanjung dan bunga cengkeh.
Sebagai penutup badan dikenakan kawai, yaitu baju berwujud teluk belanga belah buluh atau jas. Baju ini terbuat dari bahan kain tetoron atau belacu dan bertambah disukai yang berwarna jelas. Tetapi sekarang banyak dipakai kawai kemija, yaitu bangun kemeja seperti pakaian sekolah atau moderen. Pemakaian kawai kemija ini sudah biasa untuk menyertai kain dan peci, ketika menghadiri upacara norma budaya sekalipun.
Babak bawah mengenakan senjang, yaitu kain yang diproduksi dari kain Samarinda. Bugis atau batik Jawa. Tetapi sekarang telah dikenal benarnya celanou (celana) pendek dan panjang sebagai penganti kain.
Kaum wanita Lampung sehari-hari memakai kanduk/kakambut atau kudung sebagai penutup kepala yang dibelitkan. Bahannya dari kain halus tipis atau sutera. Selain itu, kaum ibu kadangkadang menggunakannya sebagai kain pengendong anak kecil.
Lawai kurung dipakai sebagai penutup badan, memiliki bangun seperti baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan tipis atau sutra dan pada tepi muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda halus. Sebagai kain dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat gabungan kain (senjang) dan celana di pinggang laki-laki dipakai bebet (ikat pinggang), sedangkan wanitanya menggunakan setagen. Perlengkapan lain yang dikenakan oleh laki-laki Lampung yaitu selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk penahan panas atau dingin yang dibelitkan di leher. Pada waktu mandi di sungai, kain ini dipakai sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari kain yang mahal dipakai kala menghadiri upacara norma budaya dan untuk melangsungkan ibadah ke masjid.
Untuk menghadiri upacara norma budaya, seperti perkawinan kaum wanita, patut yang gadis maupun yang sudah kawin, menyanggul rambutnya (belatung buwok). Metode menyanggul seperti ini memerlukan rambut tambahan untuk membelit rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam halus. Kemudian rajutan tadi ditusuk dengan bunga kawat yang dapat bergerak-gerak (kembang goyang).
Khusus untuk wanita yang baru menikah, pada kala menghadiri upacara perkawinan mengenakan kawai/kebayou (kebaya) beludru warna hitam dengan hiasan rekatan atau sulaman benang emas pada ujung-ujung kebaya dan babak punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang penuhi hiasan terbuat dari bahan tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal sebagai kain tapis atau kain Lampung. Sulaman benang emas benar yang diproduksi berselang-seling, tetapi benar yang disulam hampir di seluruh kain.
Para ibu muda dan pengantin baru dalam menghadiri upacara norma budaya mengenakan kain tapis bermotif landasan bergaris dari bahan katun bersulam benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir tuguk jung sarat, yaitu selendang sutra bersulam benang emas dengan motif tumpal dan bunga tanjung. Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu selendang sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di tengahnya bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga cengkeh dan hiasan berupa ayam jantan.
Untuk memperindah dirinya dipergunakan beragam asesoris terbuat dari emas. Selambok/rattai galah, yaitu kalung leher (monte) berangkai kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu permata yang erat dengan emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di lengan kanan atau kiri, biasanya memiliki bangun seperti badan ular (kalai ulai). Pada jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak atau suasa diberi mata dari permata. Dikenakan pula kalai kukut, yaitu gelang kaki yang biasanya berwujud badan ular melingkar serta dapat dirangkaikan. Kalai kukut ini dipakai sebagai perlengkapan pakaian warga yang hidup di kampong, kecuali kala pergi ke ladang.
Pakaian mewah dijamin dengan warna kuning keemasan dapat dijumpai pada busana yang dikenakan pengantin kawasan Lampung. Mulai dari kepala sampai ke kaki terlihat warna kuning emas.
Di kepala mempelai wanita bertengger siger, yaitu mahkota berwujud seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan lekukan di hadapan dan di belakangan (siger tarub), yang setiap lekukannya diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh). Puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa mahkota berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan di babak bawah dan beruji tajam-tajam pada babak atas serta berhiaskan bunga. Biasanya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah.
Badan mempelai dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya dan di tepi babak bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit). Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana) dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini diproduksi beralaskan benang emas, sampai tidak nampak kain landasannya. Bila kain landasannya sedang nampak dikata jung sarat. Macam tapis dewasana yaitu hasil tenunan sendiri, yang sekarang sangat jarang diproduksi lagi.
Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu serti, yaitu erat pinggang yang terbuat dari kain beludru berikat kain merah. Babak atas erat pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berwujud bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil. Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu erat pinggang dari uang ringgitan Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di babak atas.
Pada babak dada tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berwujud seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah landasan. Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti digantungkan pada sesapur, tepatnya di babak atas perut. Dikenakan pula buah jukum, yaitu hiasan berwujud buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai menjadi untaian bunga dengan benang diproduksi menjadi kalung panjang. Biasanya kalung ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke babak perut sampai ke belakangan.
Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berwujud burung bersayap yang dieratkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang berlubang-lubang. Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang memiliki bangun sedikit berlainan, dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah.
Mempelai laki-laki mengenakan kopiyah mas sebagai mahkota. Bangunnya bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya dari kuningan bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup dengan sesapur warna putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan warna sama dengan warna baju.
Pada pinggang dibelitkan tapis bersulam benang emas penuh diikat dengan pending. Babak dada dijadikan terlibat membentuk silang limar, yaitu selendang dari sutra disulam benang emas penuh. Lengan dihias dengan gelang burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang menghiasi badan sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai dibungkus dengan selop beludru warna hitam.
Rumah Norma budaya
Rumah tradisional norma budaya Lampung, atau yang sering dikata Nuwo Sesat, memiliki ciri khas seperti: berwujud panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang, terbuat dari kayu disebabkan untuk menghindari serangan binatang dan bertambah kokoh bila terjadi gempa bumi, karena warga lampung telah mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng Asia dan Australia.
Lihat juga
Pranala luar
Referensi
|
|---|
| | | Provinsi | | |
|---|
| | | Gubernur | |
|---|
| | | Kabupaten dan kota | |
|---|
| | | Tokoh | |
|---|
| | | Daftar | |
|---|
| | | Kota besar | |
|---|
|
Sumber :
ensiklopedia.web.id, lampung.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.